Antimicrobial Resistance (AMR) merupakan permasalahan kesehatan multi-sektoral yang semakin menjadi perhatian dunia. Dampak fenomena AMR tidak hanya terjadi di manusia, melainkan juga di hewan dan lingkungan sehingga mengancam aspek kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan. AMR seringkali dinyatakan sebagai silent pandemic karena memiliki tren global yang terus meningkat secara perlahan dan tidak disadari.

Pada tahun 2015, organisasi internasional WHO, FAO, dan WOAH (OIE) berkolaborasi dalam payung One Health telah merumuskan sebuah Global Action Plan yang harus diterapkan oleh seluruh negara anggota guna mengendalikan AMR yang diprediksi akan menjadi masalah kesehatan utama dunia dengan tingkat kematian global sebesar 10 juta orang per tahun di masa depan. Masalah AMR pun menjadi salah satu topik utama yang diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia 2022.

Menyikapi masalah AMR ini, Medion sebagai perusahaan farmasi veteriner turut aktif melakukan studi, surveilans, dan pengembangan produk alternatif guna mengendalikan AMR di sektor peternakan. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan adalah diskusi interaktif dengan Prof. Jaap Wagenaar, DVM, Phd, profesor di bidang Infeksiologi Klinis, Fakultas Kedokteran Hewan, Utrecht University (Belanda) pada tanggal 12 September 2022 di Animal Health Research Center (AHRC), Medion, Cimareme – Bandung. Dalam diskusi ini, Prof. Jaap menyampaikan presentasi berjudul Antimicrobials, Antimicrobial Resistance and Antimicrobial Stewardship. Beliau menekankan tentang pentingnya penggunaan antibiotik golongan HPCIA (Highest Priority Critically Important Antimicrobial) bagi kesehatan manusia, penerapan pilar pengendalian AMR di sektor peternakan, serta upaya yang telah dilakukan oleh Belanda dalam menekan laju AMR pada antibiotik sefalosporin generasi ketiga Ceftiofur di sektor peternakan.

Prof. Jaap juga menekankan pentingnya pengujian laboratorium dalam penanganan infeksi bakteri pada ternak. Di Belanda, penanganan infeksi bakteri menggunakan antibiotik harus disertai dengan pengiriman sampel ke laboratorium untuk tujuan uji identifikasi dan sensitivitas antibiotik melalui pengujian Antimicrobial Susceptibility Testing (AST). Uji AST dilakukan untuk menentukan antibiotik mana saja yang masih sensitif terhadap isolat bakteri tersebut sehingga dapat diketahui jenis antibiotik yang masih memberikan khasiat pada ternak. Profil AST pada peternakan menjadi bahan evaluasi yang sangat penting apabila terjadi infeksi berulang di peternakan. Hal ini mengingat bahwa suatu antibiotik tidak akan mampu membunuh bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik tersebut.

Diskusi ini telah memberikan banyak wawasan kepada seluruh peserta dari Medion dalam menyusun strategi yang tepat dan bijak dalam pengendalian AMR di sektor peternakan. Hal ini dilakukan demi mewujudkan kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan di Indonesia.

Medion Bersama Utrecht University Gelar Diskusi Antimicrobial Resistance

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

10 − 5 =